Jumat, 17 April 2009

Kisah dia

Ia menatap ke langit yang mulai ditutupi awan kelabu. Ia mendesah, hatinya galau. Esok adalah ujian nasional, ia merasa resah. Tapi ia tidak takut, bahkan tak sabar segera menyelesaikannya. Tiba-tiba, ia terbayang wajah orang tuanya, gurunya, kemudian teman-temannya. Ia terbawa kembali ke masa sebelumnya. Ujian pertama yang ia hadapi. Ujian masuk sebuah PTN. Dan ketika pengumuman hanya ada kecewa. Kembali berkelebat nilai-nilai try outnya.

Setetes air membasahi pipinya. Ternyata gerimis mulai menyapa bumi. Ia mempercepat langkahnya, ia harus tiba di rumah secepatnya . Ia tidak ingin kehujanan. Ia ingin menyapa ujian nasional dengan keadaan terbaik. Dan menghasilkan hasil yang terbaik pula.

Sesampai dirumah ia ganti baju. Lalu merebahkan tubuhnya di kasur usangnya. Rumah masih sepi, yang lain belum pulang. Penat menggiringnya ke alam mimpi. Terngiang kembali olehnya celoteh teman-temannya,
"kita sudah tiga tahun bersama, tertawa dan menangis bersama. Jangan sampai di ujian kita egois. Jika tau jawaban berbagi. Yang tahun kemarin aja begitu. Bahkan kakak yang juara umum mau berbagi."
jantungnya seperti dihujam pedang. Lalu tersenyum sinis. Dan berlalu tanpa sepatah katapun. Apa jadinya masa depan mereka jika di awali dengan suatu kecurangan. Ia makin kecewa karena ternyata kakak kelasnya yang sangat pintar ternyata melecehkan kepintaran dengan menjerumuskan teman-temannya. Apa kesuksesan hanya di nilai dari hasil un.

Kantuknya tiba-tiba lenyap. Pikirannya mengelana ketika ujian nasional smp. Di hari pertama tiba-tiba seorang guru masuk ke ruang ujian dan berpura-pura memanggil seorang murid. Dan ternyata ia memberikan sepotong kertas berisi huruf-huruf dan ternyata jawaban. Hatinya miris ketika ternyata hari berikutnya pagi-pagi teman-temannya telah menyimpan jawaban-jawaban ujian. Ia sebenarnya terpukul karena semuanya bertolak belakang dengan hatinya.

Ia benar-benar telah terjaga. Kemudian ia berdiri menuju kamar mandi. Ia ingat belum sholat asar. Ia berwudhu' dan langsung sholat. Dalam sujud ia berdo'a "RABB ampunilah kami semua". Setelah salam dan doa, ia membuka buku pelajarannya. Ia berharap semoga ia bisa melewati ujian nasional ini dengan baik dan kejujuran. Apa gunanya keberhasilan yang dilandasi dusta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar