Kamis, 20 Juni 2013

Ke mana pun meenjelajahi dunia, rumah tetap menjadi tempat pulang

Hari adalah hari pertama lapor diri Maba UNJ. Selamat datang sebelumnya saya ucapkan pada intelektual baru UNJ. Ketika sampai ke gedung Q jurusan terasa sepi maklum memasuki hari-hari terakhir kuliah. Ternyata ini hanya sebagian sudut dari UNJ. Setelah menyelesaikan ujian Metodologi Penelitian kaki ini melangkah ke arah MNI memenuhi panggilan. Ketika melewati BAAK tampak suasana yang berbeda, tampak keramaian memenuhhi BAAK. Mereka ternyata adalah Maba yang sedang melapor diri. Banyak di antara mereka yang ditemani keluarga, terutama ibu mereka. Di MNI berbincang cukup lama dengan Miqdad ada sedikit pikiran untuk langsung memulai rencana kami untuk mengontrak bareng mulai dari semester ini. Diputuskan untuk berkeliling mencari beberapa calon kontrakan di daerah pemuda. Banyak hal yang di bicarakan sejak awal pertemuan membuatku rindu rumah. Rindu Ummi karena hampir dua minggu tak pulang, sehingga akhirnya kuputuskan untuk pulang (mumpung besok ujian siang dan ada temennya ^^). Dari serangkaian peristiwa ini sebagai pembelajar ada beberapa hal yang kudapatkan. pertama, ternyata nyari kontrakan yang enak tidak semudah yang dibayangkan jadi tetap pada rencana awal sajalah :P Keduan, keluarga adalah orang yang paling bahagia dan paling bangga ketika kita sukses dalam segala sesuatu, buktinya mereka rela desak-desakkan di sekitar BAAK hanya untuk mengantarkan anak-anak mereka. Walaupun bikin jengah panitia dengan kerumunan 'tidak perlu' di mana-mana. Lalu yang terakhir adalah

Senin, 17 Juni 2013

Perjalanan Masih Panjang

Sekelebat hati bertanya mengapa? Bukan bermaksud untuk bertanya, namun hanya mempertanyakan. Kita merasa pintar dengan ilmu cetek yang baru beberapa saat bersemayam dalam otak dan pikiran. Bahkan terkadang sakit hati yang menyebabkan luka-luka memperburuk hati. Tak berapa langkah berjalan lurus kelelahan menggerogoti membuat langkah dalam perjalanan ini teseok. Kemudian, sibuk mencari kesalahan ke sana ke mari atau mencari pembenaran diri. Mungkin terlihat sepele ternyata menyebabkan retak bahkan rusak. Tak hanya pada diri seorang, pasukan sekitar pun terbawa-bawa.

Sekelebat hati bertanya, mengapa langkah ini tak tampak bergerak. Tidak maju bahkan mundur. Sibuk melihat sekitar mencari kerusakan. Tanpa tersadar ternyata diri ini yang compang-camping. Tiada ruh. Hanya semangat membara tampak indah di luar. Jiwa terkoyang bahkan rusak.

Sekelebat hati bertanya, sudahlah! jangan bertanya. Kesalahan lalu biarlah berlalu. Ia Maha Pengampun, hanya pada-Nya berharap untuk diampuni. Atur langkah ke depan, fokus pada tujuan. Tak banyak yang dapat dilakukan namun mencoba berarti walau hanya sedikit. Dengan penuh harap dan penuh abdi. Mungkin sepelemu besar untukku. Lihat kedepan perjalanan ini belum apa-apa, masih panjang di depan sana.

Menunda Sebuah Kata

Hari ini kusadari bahwa TER (Training Education Reform) sudah memasuki pasca. Pertemuan silaturahmi hari ini memberikan suatu pencerahan baru. Tadinya ada perasaan untuk mundur setelah maju menutupi dengan kata mengulang tahun depan. Pertemuan hari ini memberikan penyadaran pentingnya memulai. Hampir seluruh peserta terkendala akan memulai tulisannya yang kupikir hanya aku seorang yang merasakannya. Namun setelah dipikir-pikir ternyata tak begitu kenyataan. Peserta yang tidak berhasil mewujudkan tulisannya tampaknya terkendala satu hal membiarkan ide yang ada mengambang hanya sampai otaknya, tidak berusaha menuangkan dalam bentuk yang lebih real dan lebih konkret yaitu tulisan. Setelah direnungkan lebih dalamada satu penyebab terjadinya hal tersebut yaitu penundaan.

Suatu tulisan akan terwujud jika dimulai dengan sebuah kata. Ketika tulisan tersebut tak kunjung muncul salah satu penyebabnya mungkin adalah menunda mewujudkan sebuah kata tersebut. Banyak penyebab mengapa kata itu ditunda bisa jadi karena memang belum ada bahan baku atau merasa bahwa konsep yang belum matang. Namun, hal ini dapat teratasi dengan banyak membaca, menambah wawasan kemudian tidak menunda untuk memulai kata walaupun itu hanya satu. Seperti tulisan ini akhirnya jadilah walau hanya sederhana. Semoga ini merupakan permulaan yang baik :)