Kamis, 24 Oktober 2013

sonsong kemenangan - Izzatul Islam



Nasyid ini cukup menampar-nampar, Namun juga memberi kunci-kunci menunjukkan jalan masuk.

(*)Panji islam telah rindu ditegakkan
Allahu Akbar .. Allahu Akbar
Menanti bangkitnya para pejuang
Allahu Akbar .. Allahu Akbar
Panji islam telah rindu ditegakkan
Allahu Akbar .. Allahu Akbar
Menanti bangkitnya para pejuang
Allahu Akbar .. Allahu Akbar
Hanya karna Allah–lah tujuan
Hanya karna Allah–lah tujuan
Mewarisi derap perjuangan
*
Bersihkan jiwamu dari kemusyrikakkan
Balikkan pandangmu dari kemaksiatan
Lindungi dirimu dari kemunafikan
Kokohkan azammu tuk hantam kezaliman
Itulah asas kita dalam berjuang
Yang tanpanya kita takkan Allah menangkan
Itulah tonggak tuk menangkan pertarungan
Yang dengannya kita tegakkan keadilan
*
Singkirkanlah thogut tuk keridhoan Allah
Ikhlaskan diri dan kokohkan ukhuwah
Singkirkanlah thogut tuk keridhoan Allah
Ikhlaskanlah diri dan kokohkan ukhuwah
Teguh langkah berdiri di atas syari’atnya
Songsonglah harum syurga sebagai balasannya
*
Zuhudlah dari dunia yang sesakkan jiwa 4x
Tegakkan keadilah rengkuhlah kemuliaan
Rapatkan barisan hanya Allah tujuan
*

Kamis, 10 Oktober 2013

Mungkin ada salah dengan hati

Rasanya pelukannya itu tak ingin kulepas. Rasanya hangat merasuk hingga hati paling dalam. Mungkin ini indah dan nikmatnya ukhuwahlah yang ada di dalamnya.
Rasanya segalanya terasa sesak dalam sibuk lalu lalang ibu kota. Semuanya Berkecamuk bersatu padu dalam dada, membawa airmata entah jatuh pun tertahan.
Ketika amanah dan ukhuwah terasa menyesakkan. Maaf ku diam sejenak memahami apa yang tejadi agar dapat berlari kembali. Sesaat kemudian kusadar, betapa dangkal imanku segalanya rapuh hanya harap yang harus kuhujam dalam menelusuk dalam jantungku agar ku dapat tegak berdiri.
Maaf ku cinta pada sahabat yang setia. Hujaman jantungku berkata ini satu langkah mundur untuk seribu langkah maju.

Kamis, 20 Juni 2013

Ke mana pun meenjelajahi dunia, rumah tetap menjadi tempat pulang

Hari adalah hari pertama lapor diri Maba UNJ. Selamat datang sebelumnya saya ucapkan pada intelektual baru UNJ. Ketika sampai ke gedung Q jurusan terasa sepi maklum memasuki hari-hari terakhir kuliah. Ternyata ini hanya sebagian sudut dari UNJ. Setelah menyelesaikan ujian Metodologi Penelitian kaki ini melangkah ke arah MNI memenuhi panggilan. Ketika melewati BAAK tampak suasana yang berbeda, tampak keramaian memenuhhi BAAK. Mereka ternyata adalah Maba yang sedang melapor diri. Banyak di antara mereka yang ditemani keluarga, terutama ibu mereka. Di MNI berbincang cukup lama dengan Miqdad ada sedikit pikiran untuk langsung memulai rencana kami untuk mengontrak bareng mulai dari semester ini. Diputuskan untuk berkeliling mencari beberapa calon kontrakan di daerah pemuda. Banyak hal yang di bicarakan sejak awal pertemuan membuatku rindu rumah. Rindu Ummi karena hampir dua minggu tak pulang, sehingga akhirnya kuputuskan untuk pulang (mumpung besok ujian siang dan ada temennya ^^). Dari serangkaian peristiwa ini sebagai pembelajar ada beberapa hal yang kudapatkan. pertama, ternyata nyari kontrakan yang enak tidak semudah yang dibayangkan jadi tetap pada rencana awal sajalah :P Keduan, keluarga adalah orang yang paling bahagia dan paling bangga ketika kita sukses dalam segala sesuatu, buktinya mereka rela desak-desakkan di sekitar BAAK hanya untuk mengantarkan anak-anak mereka. Walaupun bikin jengah panitia dengan kerumunan 'tidak perlu' di mana-mana. Lalu yang terakhir adalah

Senin, 17 Juni 2013

Perjalanan Masih Panjang

Sekelebat hati bertanya mengapa? Bukan bermaksud untuk bertanya, namun hanya mempertanyakan. Kita merasa pintar dengan ilmu cetek yang baru beberapa saat bersemayam dalam otak dan pikiran. Bahkan terkadang sakit hati yang menyebabkan luka-luka memperburuk hati. Tak berapa langkah berjalan lurus kelelahan menggerogoti membuat langkah dalam perjalanan ini teseok. Kemudian, sibuk mencari kesalahan ke sana ke mari atau mencari pembenaran diri. Mungkin terlihat sepele ternyata menyebabkan retak bahkan rusak. Tak hanya pada diri seorang, pasukan sekitar pun terbawa-bawa.

Sekelebat hati bertanya, mengapa langkah ini tak tampak bergerak. Tidak maju bahkan mundur. Sibuk melihat sekitar mencari kerusakan. Tanpa tersadar ternyata diri ini yang compang-camping. Tiada ruh. Hanya semangat membara tampak indah di luar. Jiwa terkoyang bahkan rusak.

Sekelebat hati bertanya, sudahlah! jangan bertanya. Kesalahan lalu biarlah berlalu. Ia Maha Pengampun, hanya pada-Nya berharap untuk diampuni. Atur langkah ke depan, fokus pada tujuan. Tak banyak yang dapat dilakukan namun mencoba berarti walau hanya sedikit. Dengan penuh harap dan penuh abdi. Mungkin sepelemu besar untukku. Lihat kedepan perjalanan ini belum apa-apa, masih panjang di depan sana.

Menunda Sebuah Kata

Hari ini kusadari bahwa TER (Training Education Reform) sudah memasuki pasca. Pertemuan silaturahmi hari ini memberikan suatu pencerahan baru. Tadinya ada perasaan untuk mundur setelah maju menutupi dengan kata mengulang tahun depan. Pertemuan hari ini memberikan penyadaran pentingnya memulai. Hampir seluruh peserta terkendala akan memulai tulisannya yang kupikir hanya aku seorang yang merasakannya. Namun setelah dipikir-pikir ternyata tak begitu kenyataan. Peserta yang tidak berhasil mewujudkan tulisannya tampaknya terkendala satu hal membiarkan ide yang ada mengambang hanya sampai otaknya, tidak berusaha menuangkan dalam bentuk yang lebih real dan lebih konkret yaitu tulisan. Setelah direnungkan lebih dalamada satu penyebab terjadinya hal tersebut yaitu penundaan.

Suatu tulisan akan terwujud jika dimulai dengan sebuah kata. Ketika tulisan tersebut tak kunjung muncul salah satu penyebabnya mungkin adalah menunda mewujudkan sebuah kata tersebut. Banyak penyebab mengapa kata itu ditunda bisa jadi karena memang belum ada bahan baku atau merasa bahwa konsep yang belum matang. Namun, hal ini dapat teratasi dengan banyak membaca, menambah wawasan kemudian tidak menunda untuk memulai kata walaupun itu hanya satu. Seperti tulisan ini akhirnya jadilah walau hanya sederhana. Semoga ini merupakan permulaan yang baik :)

Sabtu, 19 Januari 2013

Dalam Setiap Langkah

Setiap hari, minggu, bulan, bahkan tahun yang kita lewati dengan langkah-langkah kecil. Terkadang bahkan kita tak sadar bahwa langkah itu terus berlanjut. Tak pernah ada kata untuk mundur apalagi berbalik ke belakang. Untuk menyadari setiap langkah yang akan diambil adalah pilihan kita.
Terkadang kita lelah dengan langkah-langkah kecil yang kita ambil. Bahkan itu sangat kecil. Kita kadang sibuk dengan langkah-langkah yang diambil orang lain tanpa kita tau kemana arah tujuan dan langkah kita.
Hari ini mencoba mulai menyadari langkah ini bukan milik pribadi apalagi dikuasai seorang diri. Langkah-langkah ini kecil namun dapat berarti bahkan gunung pun bisa terdaki atau merasa ngeri. Selama ia tahu tujuan pasti pada Illahi adalah kesenangan dan kemenangan hakiki.