Minggu, 10 Agustus 2014

Gelap itu Bernama Menunda

Pertama dimulai dengan ta'awuz dan basmalah.

Di hari-hari yang lalu ada mimpi-mimpi yang dirajut begitu indah. Setidaknya di mata pembuatnya karena beda cara pandang bisa berbeda keindahan. Rasa-rasanya tampak gemerlap walau telihat sederhana. Di hari selanjutnya genggaman ini akan penuh dengan segala capaian. Itu rasa-rasanya. Bagi beberapa orang yang kini telah berada dalam proses suksesnya -- bukan puncak sukses agar tidak ada turun sukses -- indahnya gerlap mereka semakin indah dan gemerlap. Tapi bagi yang kelamaan ia kusam dan kemudian cenderung menghilang hingga akhirnya ada yang kembali membangkitkan.

Dilihat kemudian dipikir dan direnung ternyata salah satu sebab indah itu kemudian kusam bahlan hilang adalah sebuah gelap. Awalnya sebuah kemudian dua enam dan akhirnya jari tak lagi dapat menghitung. Ya, gelap itu disebut menunda. Ini adalah penyakit dan ini bisa menjangkiti seluruh makhluk yang disebut manusia. Ia mampu merangsek hingga aspek terdalam manusia.

Hal ini ternyata yang menyakiti sang pemilik mimpi sederhana nan indah itu. Awalnya hanya satu tunda untuk mengejar ia memilih hanya berjalan. Ternyata kemudian disadari bahwa ia telah ada di ujung jalan dan dengan segala hal yang tertinggal tak terbawa olehnya. Mau tak mau ia harus kembali jika ia ingin membawa serta segala mimpinya kemudian berlari lebih kencang untuk mengejar segala hal yang telah tertinggal. Ia masih ingin menang karena menurutnya ia lahir untuk menang. Semoga Penyakitnya ini benar-benar hilang darinya dan kita semua dilindungi dari penyakit ini hari ini maupun kemudian hari.