Rabu, 02 November 2016

Jelajah Rusuh Mimpi Amburadul

tikai tak selamanya menggulung kusut
masai tanpa kerut
jaman memang tak selamanya kabut
mendung carut marut
hati tak selamanya busuk
jengah nan menusuk
langit tentu tak selalu ribut
kacau tanpa maksud
urai urai mengurai menjelajah

tak selamanya kau tau maksud
tak jarang absurd
tak kadang kalud bahkan malud
tak kurang wujud dalam ribut
takut dalam selimut


ciangsana, 5:55 jelang magrib
Hasil gambar untuk kacau

Selasa, 18 Oktober 2016

Aku Marah

Menjadi guru terutama di sekolah tentu ada tantangan tersendiri. Apalagi ketika belum menemukan metode yang pas dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Rasanya ketika akan masuk kelas terasa begitu berat meskipun ketika sudah berhadapan dengan siswa segala beban seolah tertinggal di luar kelas. Termasuk segala beban hidup. Eeaa :)

Namun bagaimana jika segalanya lepas kendali? Ini terjadi pagi ini, sejak kemarin rasanya begitu berat menghadapi kenyataan harus berangkat. Sekolah tempatku mengajar tiap senin, selasa, dan kamis pagi memang sering membuat tak nyaman karena beberapa hal. Pertama, terus terang ekspektasi gaji berbeda dengan kenyataan. Mungkin buat sebagian orang akan mempertanyakan keikhlasanku sebagai guru. Tapi buatku yang terbiasa dengan kehidupan guru sejak lahir menunjukkan penghargaan sekolah terhadap SDMnya dan keseriusan dalam mengelola sekolah. Namun kemudian toh aku tidak bisa mundur karena hal ini berhubungan panjang karena pengelola sekolah adalah teman abi. Jadi, ya tak apalah pikirku dulu. Toh, aku juga ada penghasilan lain.

Kedua, sarana yang tidak kondusif terutama kelas ikhwan. Kelas untuk ikhwan adalah rumah kontrakan petak kosong tanpa jendela. Siswa yang jumlahnya sekitar 17-30 akan sesak di dalamnya. Kipas angin yang tersedia tidak mampu membawa sejuk. Tetapi mereka sudah terbiasa tapi kondisi belajar sama sekali tidak kondusif. Tidak sedikit siswa mengantuk karena pasti mereka kekurangan oksigen. Rasanya ingin kubawa mereka belajar di luar kelas. Namun, jatahku hanya lima puluh menit untuk menyampaikan jubelan materi. Belum pengkondisian mereka habislah waktuku :"(

Lalu, ada apa pagi ini. Ya, aku naik pitam di kelas VIII B yang seluruh siswanya ikhwan. Mereka tak kunjung diam setelah kumasuk kelas. Ini sudah yg kesekian kalinya. Di awal sebelum pembukaan selalu kuingatkan jam pelajaran yang terbatas yamg membuatku membuat kebijakan menyelesaikan urusan di luar kelas lima menit awal. Setelahnya tidak ada izin apapun, peraturan ini baru beberapa minggu diberlakukan karena mereka sangat mudah untuk keluar masuk kelas bahkan tanpa izin membuat kelas yg singkat itu tidak kondusif.

Kelas tak kunjung diam bahkan setelah aku membuka dan mulai memanggil satu per satu untuk presensi. Aku mulai tak konsentrasi, aku pandangi mereka. Sebagian mereka sudah tidak lagi duduk di bangkunya. Kupandangi mereka, dalam  hati aku berteriak, "Nak, belajar itu kebutuhan kalian. Kita tidak tau apa yg menunggu kalian di masa yang akan datang. Di luar sana orang mempersiapkan diri untuk bersaing apa kalian siap menghadapi mereka?"

Aku putuskan untuk menunda menyampaikan materi dan menyiapkan simulasi kecil. Mereka diminta untuk duduk berjarak, memberi ruang untuk aku berkeliling kelas. Seluruh buku disimpan. Banyak mereka yang menyangka aku memberikan ulangan mendadak. Aku tersenyum simpul. Kemudian kukatakan dengar dan laksanakan intruksi karena hanya akan diucapkan dua kali. Sebelumnya kuminta mereka diam tanpa suara selama dua menit. Ternyata memang mereka benar tak bisa tanpa suara bahkan itu hanya dalam dua menit :(

Simulasi berlanjut, kuminta mereka mengeluarkan selembar kertas dan sebuah alat tulis kemudian kubacakan empat pertanyaan yang masing-masingnya dilerjakan dalam dua menit. Pertanyaannya adalah:
1. Bayangkan 10 tahun yang akan datang dan tuliskan seperti apa kalian saat itu.
2. Tuliskan 10 kelebihan kalian,
3. Tulis 10 kekurangan, dan
4. Tulis sepuluh usaha pertama kalian menjadi kalian 10 tahun yang akan datang.

Aku berkeliling kelas memperhatikan mereka menulis jawaban di setiap jeda pertanyaan. Dan, tentu kondisi tidak berubah makin banyak pertanyaan makin tidak kondusif. Di antara mereka bahkan ada yang bingung dan akhirnya tamoak tidak mengisi kertasnya. Ini yg membuatku akhirnya muntab. Bahkan kalian tidak mengenal diri kalian, tidak bisakah kalian sedikit saja memberikan kesempatan saya sebagai guru untuk membantu?

Suasana benar-benar kacau saat kertas dikumpulkan. Mereka tampaknya menganggap simulasi ini olok-olok. Semuanya lepas kendali. Aku mulai berteriak dan melepaskan apa yg tertahan sejak awal. Kesedihan berubah menjadi amarah yg tertahan. Mereka terdiam, namun rasanya hatiku sedih. Dada terasa begitu sesak. Kututup kelas dengan emosi yg tertahan kubeli segelas air kutenangkan diri. Namun perasaan tetap nyaman hingga kelas-kelas berikutnya.

Entahlah, sedikit ada penyesalan. Namun, kurasa itu harus kulakukan agar mereka terbangun akan kenyataan dunia. Berharap ini adalah marah terakhirku. Nak, dunia ini kejam. Kalian terbatas namun jangan kalian akhirnya buta akan kenyataan. Jika memang sukses yang kau kejar itu harus dengan tekad dan perjuangan.

Maafkan ustazah untuk hari ini :'(

Kota Wisata, 18 okt 2016

Senin, 19 September 2016

Belajar, Belajar, dan Belajar


sumber: google.com
Kalau mau merenung beberapa saat ternyata kita sampai pada titik sekarang ini. Titik yang mungkin di mana sudah tidak bisa lagi melihat awal mula kita memulai dan pula belum terlihat di mana ujung. Yap, right! Sudah di tengah perjalanan. Jangan pernah sekalipun berharap ini akan mudah dan mulus, bersiaplah untuk tersungkur.

Lulus dan wisuda bukanlah sebuah akhir yang indah ataupun awal yang menakjubkan. Mungkin kebanyakan orang beranggapan adalah sesuatu yang ditunggu-tunggu, but for me its very terrible. Lima September lalu adalah hari yang paling menggelisahkan. Hhahha ,, mungkin orang beranggapan aku aneh tapi its really happen :'(

Dan kegelisahan terus berlanjut di hari-hari berikutnya. Berangkat ngajar gelisah dan dengan rasa males. Akhirnya aku memutuskan untuk bolos, hhehhe. (lagian QC nya rese)

Akhirnya semua itu memberiku waktu untuk berpikir bahwa inilah kehidupan pasca melepas status mahasiswa. Ada banyak hal yang ada di luar kendali yang mungkin akan melibatkan banyak emosi. Hal ini membuat aku sadar bahwa belajar tidak pernah selesai hanya tempatnya saja yang berganti.

Akhirnya aku sadar bahwa saat ini aku bukan lagi seorang mahasiswa dengan segala kemudahan dan ketoleranannya. Sekarang aku sadar bahwa aku seorang guru, I'm a teacher, dan artinya bukan berarti aku berhenti belajar tapi harus bisa belajar lebih cepat dan tepat. Aku sadar bahwa aku bahagia ketika mengajar, bahagia menatap segala macam jenis siswa mulai dengan wajah polos hingga wajah bersalah yang harus aku perbaiki.

And now I'm a Teacher, and learn to be a inspiring Teacher.

William Arthur Ward said,

“The mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher demonstrates. The great teacher inspires.”

The mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher demonstrates. The great teacher inspires.
Read more at: http://www.brainyquote.com/quotes/quotes/w/williamart103463.html
The mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher demonstrates. The great teacher inspires.
Read more at: http://www.brainyquote.com/quotes/quotes/w/williamart103463.html

Minggu, 28 Agustus 2016

Terjepit, Galau Tingkat Dewa


Akhirnya, sampai pada titik lepas dari titel mahasiswa. Trus? Permasalahannya adalah kalo lo ngga punya kerjaan berarti lo penganguran. Kalo lo ngga punya uang berarti lo bokek yang artinya siap mati kelaparan atau ngemis kiri kanan cari pinjeman. Dan, gue? berada di antara bayang-bayang itu semua. Semua orang seolah-olah jadi mata duitan. Sikap apatis gue mulai naik ke permukaan. huft! dan ini menyebalkan. Apalagi kalo status gue ngga jelas kamar kosan seolah-olah numpang, laptop seolah-olah minjem, duit seolah minta mulu, dan seterusnya. Yah kali karena gue lagi kurang ngaji ajja jadinya bete aja liat orang-orang. Ampe tathering ajja dimatiin gue gondok. plis deeeh tadi yang numpang siapa. huft!
Kesel kalo lagi kayak gini. Pengennya jadi orang yang selalu 'wise' disetiap keadaan. Tapi ya secara gue manusia bukan malaikat kesel lah dikit.
**
Tadi pas sesi kabar-kabar sebenernya pengen cerita segala gundah di hati. Tapi apa daya cuma nyangkut di keronggongan. Mata gua yang berasa basah daripada banjir cerita seadanya ajja. Sekarang ini rasanya gua cupu banged udah kayak orang ngga punya tuhan. Plis deh dhil ! AAgrhh!
**
Coba diulur yak satu-satu kekusutannya yak. Gue pengen jadi orang banyak duit tapi ngga nyita waktu. Pengen bisa bebas ngisi, ikut ini ikut itu. Upgrade diri, coba hal baru, les bahasa inggris, lanjut S2, ke daerah baru, bisa berenang, dan lainnya. Tapi akhirnya cuma terjepit di antara rutinitas. Rasanya sekarang tuh agak sesak, terjepit, pengen teriak bebas.
**
Oriflame lagi promo rekrut, september ini cuma Rp.9.900. Mau kerja keras lepas dari terjepit ini. setidaknya bisa manager 15% jadinya bisa lepas satu rutinitas ngajar. Pengen banged bisa Senior manager sebelum 2016 abis. Biar tahun depan bisa nyoba ini itu, ke sini ke situ, bahkan jalan-jalan ke tempat-tempat baru.
**