Sabtu, 08 Maret 2014

Bisa Tersenyum Kemudian Merenung, Ternyata Dunia Tak Hanya Selebar Daun Kelor

Rasanya perjalanan pagi yang menampakkan mentari ini begitu panjang. Entah karena dering yang berbunyi entah sejak kapan bahkan mungkin sejak belum ada setitik pun cahaya di ufuk petanda fajar kan menyingsing. Dering itu sebentar terdengar khawatir sesaat kemudian terasa mulai menakutkan dan digelayuti rasa bersalah. Warui okasan :(

Kemudian tapak-tapak harus maju. Kuputuskan ia jatuh mengguyur menelisik seluruh jengkal, centi, nahkan mili. ada harap ia membawa seluruhnya rasa bersalah dan dosa-dosa yang mungkin datang dengan sengaja. Bahkan lembar bolak-balik kuhabis tanpa sisa dengan seujung embun yang  terkadang muncul di sudut ruang itu. Sudahlah telah kusiapkan tempat terjun teraman yang pernah ada di sana ada gadis dan pemuda. Kemudian sesaat senyumku terkulum.

Tiga kemudian tak menyatu dan kemudian dalam pencernaan berputar-putar. Ada ruang berlarian membuat dingin yang berkucuran air. Mungkin karena terpisah sehingga tak ada semburan kata yang mengatur kemudian melupakan. Mengalihkan yang terlupakan. Namun roda terus berlari. Yang  berlarian kemudian makin kencang makin tak beraturan. Sekitar hitungan jam ia kembali tenang mengejar yang manis yang di sana. Sehingga gelak kemudian memberi persembahan.

Apalagi, tentunya gelak dapat menyemburkan kata-kata pun. Kemudian sesekali khawatir mengintip dan kemudian meneguhkan, "ya sudah hanya perlu menghadapi." Sudahlah kemudian titik. kemudian pintu dipenuhi hiruk-pikuk sepertinya ada banyak tawa di sana dan menyempatkan diri untuk tersenyum. Lega.

Istimewa. Tiada yang lain tentunya entah itu apa. Pasti tak akan terganti pastinya. Kusebut keluarga bahagia. Tak mungkin akan sama seamanya kurasa tapi ada selalu ada makna dan tentulah itu artinya. Kemudian asap mengepul membubuhkan wangi tanpa ada sisa. Sebeumnya ada gadis dan ibunya. Katanya nyaris menyemburat darah pada tangannya. hhe ada-ada saja :).

Tak lama setelahnya seteah takbir menggema delapan laskar berbaris. Relatif memang dalam rapinya. Tadinya ada sedikit umbar di mana-mana.tentu membawa uasan senyum yang membahana. Kupikir tadi akan terbang mengikuti asa ternyata kalah oleh jumita. sudahlah ;D ya kemudian turun temaram senja tanpa kata-kata. Gemunung mulai naik mecapai puncaknya mungkin esok sebelum senja. Namun senja ini tiada terkira. Si sulung menebar asa ia kan ada dimana-mana. Setidak langkah pertama dimulai esok. Ya intinya Gambarimasu ;D

Akan Terengah-engah Kemudian Turun Mesin

Beberapa waktu lalu ketik apel siaga para calon wakil rakyat itu berkata untuk mengencangkan ikat pinggang di detik-detik terakhir. Namun kemudian salah satu di antara mereka mengingatkan jangan sampai karena terlalu semangat kemudian setelah peperangan ini usai malah turun mesin. Hal itu kembali terngiang beberapa waktu terakhir. Ada grafik yang sangat tidak stabil yang mungkin sangat mengkhwatirkan. Ketika suatu ketika sekitar menantang dan menuntut maka ia akan terus naik hingga nyaris melewati batas. Terkadang ada teriakan khawatir "hati-hati turun mesin" namun yang lain menyahut "lalu kalau bukan sekarang kapan lagi?" kemudian menit ke empat puluh sembilan lewat tengah malam ada yang berbisik lirih inikah turun mesin?

Barusan ada yang berceloteh pernahkah kita melakukan qiyamullail karena beratnya beban dakwah? Sesaat berikutnya ada tekuk yang mengerut kemudian menciut. Ketika kaki masih ingin berlari namun kemudian menyemburkan butir-butir lelah yang terengah-engah apakah ini baik? Kemudian teringat akan ada amukan di balik sana hanya karena, bukan, bukan hanya karena tiba-tiba semangat itu mengerdil. Terkadang terpikir apakah segalanya harus terpaut kemudian rasa bersalah itu harus terkait panjang melintasi partikel-partikel udara sejauh sekian kilometer. Lalu, entahlah.

Kemudian sejenak aku merenung kemudian dengan yakin mengangkat kepala. Ada banyak yang harus dikerjakan. Bisa dibilang tak ada waktu untuk terengah ataupun turun mesin. Pencipta itu maha sempurna tentu tak ada cacat pada kreasinya. Berharap mampu tentu akan mampu walaupun akan bermakna ganda. Ruang sempit yang tak bertepi kemudian menjadi titisan embun yang berharap akan membawa semi yang berbunga. Tak apalah dalam ribuan tanda tanya tapi kupikir ia akan indah jika sesaat dalam sesaat kemudian sesaat. Tapi satu hal bagaimana dengan amukan yang pasti datang esok hari? -,-

Kamis, 06 Maret 2014

Mungkin ini Satu dari Ribuan Bahkan Jutaan Langkah

Rintik hujan menemaniku pulang setelah menemani seorang kakak berbelanja di raihan. Sebenarnya ada kecamuk pikiran yang berputar-putar di dalam kepalaku. Entahlah. Mungkin karena hari ini telah kutekadkan menjadi manusia yang lebih maju. Tanpa terasa tiga tahunku lenyap tanpa ada apa pun yang kudapat. Bagaikan mengumpulkan air dengan kedua tangan, ia terbawa namun tek lama setelahnya hilang tumpah entah ke mana. Hari dosen meracau tentang berbagai teori dan berbagai nama orang yang asing ditelingaku. Entah memang aku yang terlalu dungu, atau memang telah banyak yang telah kulewatkan dalam hari-hari bahan tahunan kuliahku. Namun rasaku membiarkan kuliahku lewat begitu saja. Biasanya pasti ada kesan yang kudapat atau setidaknya akan ada rasa familiar jika bertemu setelahnya. Seperti seseorang yang dikenalkan oleh seorang teman dan sempat berbincang panjang setelahnya. Namun pada hari ini tak ada kesan sama sekali. Entahlah. Setidaknya satu hal yang mulai kupatri dalam hatiku, pekerjaan rumahku masih sangat banyak. Sebelum gelar sarjana sastra melekat dibelakang namaku aku tak boleh terlalu dungu bahkan dikata bodoh oleh kehidupan mendatang. Satu hal aku harus sering bergemul dengan buku dan perpustakaan.

Selanjutnya setelah perkuliahan yang membuat hati dan pikirangku terbang kesana kemari menyusun strategi sampailah aku pada suatu titik. Hidup sebagai manusia itu tak selamanya mudah. Kadang di dalam hati aku berpikir hanya senyum yang kupunya sehingga kuingin setiap orang merasakan senyumku. Namun di sisi lain aku tahu aku punya hal lain yang lebih berharga mungkin lebih mahal dari mutiara di lautan. Kemudian dalam sekejap segalanya terasa semua sampah bahkan hingga seulas senyumku. Seolah semuanya akan berakhir dengan getir bahkan mungkin kelak ada beribu air mata.

Dari sekian ribu kecamuk akhirnya kuakui akan ada bintang-bintang yang akan berjatuhan. cepat atau lambat bahkan ia bisa datang secepat kilat dan menjatuhi kepalaku. Ia mungkin akan menjatuhiku bertubi-tubi hingga kepalaku berlubang kemudian memenuhi seluruh isi benakku. Namun itu membuat sekelumit lebih kilat meraja-raja di hatiku dan itu mungkin rasanya sendu. Kemudian kuputuskan untuk diam lalu memenuhi jemariku untuk memainkan lagu kemudian menari ke sana ke mari hingga mungkin kemudian lelah. Dan akhirnya kuakui ini memang bagian dari jutaan langkah itu. ~