Senin, 22 Maret 2010

tolong ngrtiin

sial kenapa selalu tiap mau ujian kondisi jiwa ini memburuk.
ahh...njing.. .
ngertiin napa??
apa susah negrtiin gua sebentar aja..
sampai ujian selesai cukup kok. .
smp gua bisa banggain kalian. .
ampe kalian tenang liat gue udah kuliah. . .
ahh. . .
sial. .
SIAL!!!!SIAL!!!SIAL. . .

Sabtu, 13 Maret 2010

Semakin dekat. .semakin dekat. .semakin dekat. .a a a a a. . . . .

Ini adalah kesempatan kedua untukku. Aku tau tak banyak orang yang bisa mendapat kesempatan kedua sepertiku. Untuk hal ini aku bersyukur. Tapi kadang bahkan sering aku merasa aku tak seberuntung yang lain. Ku terjebak dalam dua dunia yang saling mengelamkan.
Oke, bukan hanya aku yang tidak lulus tapi mereka punya uang untuk menutupi ketidaklulusannya. Jika pada titik terendah pikiranku ku, ketika kepicikan memenuhi otak ini. Segala yang positif yang telah susah payah kurangkai kembali hilang entah kemana.
Ketika teringat bu fortin berkata menimpali seorang teman yang berniat bunuh diri bahwa hidup ini terlalu berharga untuk dikorban hanya karena tidak lulus un. Tapi sempat ku berpikir bu fortin tidak merasakan apa yang kita rasakan. Khususnya yang kurasakan benar-benar keras ku berjuang memikirkan apa artinya lagi hidupku. Hidupku di hantui ketakutan. Bagaimana kuliah kan kulalui. Bagaimana memulai lagi semuanya setelah un kedua ini. Bagaimana jika yang kulakukan ini semua kelak akan sia-sia. Hanya akan menjadi sampah seperti hasil paket C ku. Yang dengan nyata telah menelanjangi harga diriku sebagai siswa dengan paksa. Harga diri para guru ku dan sekolah ku. Mungkin mereka tidak merasakannya. Mungkin karena mereka sudah terbiasa. Bahkan mereka dengan suka rela melakukannya dan turut menginjak-injaknya. Sakit rasanya melihat semua ini.Ini ku katakan sebagai bentuk kekecewaan ku terhadap sistem pendidikan yang ku rasakan. Dengan mudahnya semua disabotase dengan uang beberapa puluh ribu.

Oke, bukan hanya aku yang terbatas dana. Tapi sekarang aku terjebak. .terjebak. .

Ditambah lagi beban batin yang ku rasa. Ketika ku harus memilih mendahulukan ku atau nisa. Ketika guru-guru ku tak se'respect' ketika ku mengenal dulu. Ketika ku merasa perbedaan perlakuan antara aku 'si tidak lulus' dengan angkatan sekarang. Ketika bu zubae lebih memilih meng-arsip soal TO yang menurut ku merupakan hak ku seperti juga hak angkatan tahun ini yang juga adik kelasku. Ketika nilai TO betah di angka tujuh. Ketika ku merasa menyakiti kembali. Menyakiti jiwa dan hati ku. Menyakiti orangtua ku.

Tak ada yang tau betapa rapuh jiwaku kini. Waktunya semakin dekat. Ku merasa makin rapuh. Kuharap biarkan kumenangis ketika airmata tak lagi terbendung. Jangan berpikir kumarah. Jangan berpikir ku berontak. Aku hanya fadhilah yang lemah. Aku berusaha menutupi apa yang kurasa tapi ketika tak mampu ku bertahan, biarlah airmata ini jatuh.

Jumat, 05 Maret 2010

lelah, lemah, tak berdaya

lelah, lemah, tak berdaya
adalah mereka
sifat dasar dari para manusia
dan sekarang bertubi
bergumul
dalam hati yang gundah
dan gulana
dan tubuh yang serasa
 remuk redam