Kamis, 06 Maret 2014

Mungkin ini Satu dari Ribuan Bahkan Jutaan Langkah

Rintik hujan menemaniku pulang setelah menemani seorang kakak berbelanja di raihan. Sebenarnya ada kecamuk pikiran yang berputar-putar di dalam kepalaku. Entahlah. Mungkin karena hari ini telah kutekadkan menjadi manusia yang lebih maju. Tanpa terasa tiga tahunku lenyap tanpa ada apa pun yang kudapat. Bagaikan mengumpulkan air dengan kedua tangan, ia terbawa namun tek lama setelahnya hilang tumpah entah ke mana. Hari dosen meracau tentang berbagai teori dan berbagai nama orang yang asing ditelingaku. Entah memang aku yang terlalu dungu, atau memang telah banyak yang telah kulewatkan dalam hari-hari bahan tahunan kuliahku. Namun rasaku membiarkan kuliahku lewat begitu saja. Biasanya pasti ada kesan yang kudapat atau setidaknya akan ada rasa familiar jika bertemu setelahnya. Seperti seseorang yang dikenalkan oleh seorang teman dan sempat berbincang panjang setelahnya. Namun pada hari ini tak ada kesan sama sekali. Entahlah. Setidaknya satu hal yang mulai kupatri dalam hatiku, pekerjaan rumahku masih sangat banyak. Sebelum gelar sarjana sastra melekat dibelakang namaku aku tak boleh terlalu dungu bahkan dikata bodoh oleh kehidupan mendatang. Satu hal aku harus sering bergemul dengan buku dan perpustakaan.

Selanjutnya setelah perkuliahan yang membuat hati dan pikirangku terbang kesana kemari menyusun strategi sampailah aku pada suatu titik. Hidup sebagai manusia itu tak selamanya mudah. Kadang di dalam hati aku berpikir hanya senyum yang kupunya sehingga kuingin setiap orang merasakan senyumku. Namun di sisi lain aku tahu aku punya hal lain yang lebih berharga mungkin lebih mahal dari mutiara di lautan. Kemudian dalam sekejap segalanya terasa semua sampah bahkan hingga seulas senyumku. Seolah semuanya akan berakhir dengan getir bahkan mungkin kelak ada beribu air mata.

Dari sekian ribu kecamuk akhirnya kuakui akan ada bintang-bintang yang akan berjatuhan. cepat atau lambat bahkan ia bisa datang secepat kilat dan menjatuhi kepalaku. Ia mungkin akan menjatuhiku bertubi-tubi hingga kepalaku berlubang kemudian memenuhi seluruh isi benakku. Namun itu membuat sekelumit lebih kilat meraja-raja di hatiku dan itu mungkin rasanya sendu. Kemudian kuputuskan untuk diam lalu memenuhi jemariku untuk memainkan lagu kemudian menari ke sana ke mari hingga mungkin kemudian lelah. Dan akhirnya kuakui ini memang bagian dari jutaan langkah itu. ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar