Sabtu, 08 Maret 2014

Akan Terengah-engah Kemudian Turun Mesin

Beberapa waktu lalu ketik apel siaga para calon wakil rakyat itu berkata untuk mengencangkan ikat pinggang di detik-detik terakhir. Namun kemudian salah satu di antara mereka mengingatkan jangan sampai karena terlalu semangat kemudian setelah peperangan ini usai malah turun mesin. Hal itu kembali terngiang beberapa waktu terakhir. Ada grafik yang sangat tidak stabil yang mungkin sangat mengkhwatirkan. Ketika suatu ketika sekitar menantang dan menuntut maka ia akan terus naik hingga nyaris melewati batas. Terkadang ada teriakan khawatir "hati-hati turun mesin" namun yang lain menyahut "lalu kalau bukan sekarang kapan lagi?" kemudian menit ke empat puluh sembilan lewat tengah malam ada yang berbisik lirih inikah turun mesin?

Barusan ada yang berceloteh pernahkah kita melakukan qiyamullail karena beratnya beban dakwah? Sesaat berikutnya ada tekuk yang mengerut kemudian menciut. Ketika kaki masih ingin berlari namun kemudian menyemburkan butir-butir lelah yang terengah-engah apakah ini baik? Kemudian teringat akan ada amukan di balik sana hanya karena, bukan, bukan hanya karena tiba-tiba semangat itu mengerdil. Terkadang terpikir apakah segalanya harus terpaut kemudian rasa bersalah itu harus terkait panjang melintasi partikel-partikel udara sejauh sekian kilometer. Lalu, entahlah.

Kemudian sejenak aku merenung kemudian dengan yakin mengangkat kepala. Ada banyak yang harus dikerjakan. Bisa dibilang tak ada waktu untuk terengah ataupun turun mesin. Pencipta itu maha sempurna tentu tak ada cacat pada kreasinya. Berharap mampu tentu akan mampu walaupun akan bermakna ganda. Ruang sempit yang tak bertepi kemudian menjadi titisan embun yang berharap akan membawa semi yang berbunga. Tak apalah dalam ribuan tanda tanya tapi kupikir ia akan indah jika sesaat dalam sesaat kemudian sesaat. Tapi satu hal bagaimana dengan amukan yang pasti datang esok hari? -,-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar